Gedung World Trade Centre yang selalu jadi rujukan para pemburu ponsel di Surabaya kini mulai sepi, khususnya booth ponsel lokal yang umumnya selalu dijejali pengunjung. Biasanya booth ponsel merek lokal yang berada di lantai dasar sentra ponsel tersebut mencapai 10 hingga 20 booth berjajar saling menjajakan produk banting harga. Awal bulan ini, merek ponsel lokal yang menghiasi gedung WTC hanya tersisa 5 hingga 8 booth saja.
Menurut Dewi Aida selaku Manager Public Relation gedung WTC tersebut mengakui bahwa kali ini tenant dari ponsel merek lokal berangsur turun. Ia mengatakan hal ini disebabkan oleh banyaknya produk branded menggelontor di pasar dengan bandrol murah. Terutama dari merek Samsung dengan andalan OS Androidnya. Ketika ditanya hingga berapa penurunan okupansi gedung tersebut Dewi panggilan akrabnya masih belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Dari toko G-Cell juga memberikan informasi pada thePONSEL untuk buan ini produk yang banyak terjual antara lain masih didominasi BlackBerry seri Curve 8520 mencapai penjualan 3 – 7 produk per hari. Kemudian Samsung Galaxy Y mencapai 4 – 6 produk, Galaxy S-3 pun mulai bermunculan peminatnya ungkap Hendri selaku owner toko tersebut.
Berbeda menurut Candra Irawan selaku owner PT Garuda Teknik yang mengatakan untuk saat ini ponsel merek lokal beberapa merek saja yang mulai tumbuh kembali. Kendati tumbuh hanya kisaran 18% saja, merek lama seperti MITO, Tiphone, serta Nexian masih mendapat angin segar di sentra ponsel terbesar di Surabaya ini.
Namun dari indikasi berkurangnya beberapa booth dari tenant asal vendor ponsel pemegang merek dagang lokal tersebut, apakah merupakan satu tanda terpuruknya ladang ponsel merek lokal? Di sisi lain, ponsel merek lokal tertentu yang masih eksis tersebut tak masuk hitungan rugi? Selain di Surabaya, thePONSEL pun mencatat kondisi yang sama juga terjadi di beberapa kota besar lainnya. (AE/thePONSEL)